Apa Itu Sleeping Beauty Sindrome? Aurora di Dunia Nyata yang Perlu Kamu Ketahui
Admin Juli 30, 2020
Apa Itu Sleeping Beauty Sindrome? Aurora di Dunia Nyata yang Perlu Kamu Ketahui
Cerita beragam Putri dalam film Disney seringkali menghibur anak-anak pada waktu kecil. Salah satunya Putri Aurora. Ia muncul dalam seri ke-16 Disney. Diceritakan bahwa dirinya mendapat kutukan dari seorang penyihir yang merasa tersinggung tak diundang ke pesta raja.
Kutukan itu ditujukannya ketika Putri Aurora berusia tujuh belas tahun. Ia tertidur pulas dan baru terbangun ketika ada pangeran gagah yang menciumnya. Dari sentuhan pangeran itulah sihir Aurora lenyap.
Nah, benarkah jika kisah Aurora itu ada di dunia nyata? Sejumlah orang mungkin berpikir tidak demikian. Sebab mereka menganggap dongeng tetaplah dongeng. Hanya mitos belaka, kecuali jika kisah nyata yang difilmkan. Namun, faktanya ada. Pernah mendengar istilah “sindrom sleeping beauty”? Jika belum, yuk simak penjelasan berikut.
- 1. Mengenal Sindrom Sleeping Beauty
- 2. Ciri-Ciri Sleeping Beauty Sindrome
- 2.1. Sulit Membedakan Mana Nyata Mana Mimpi
- 2.2. Seperti Anak Kecil Ketika Bangun dari Tidurnya
- 2.3. Lebih Sensitif
- 3. Penyebab Kelainan Ini
- 4. Bagaimana Cara Mengatasinya?
- 4.1. Tetapi Obat
- 4.2. Pendampingan Lingkungan Sekitar
Mengenal Sindrom Sleeping Beauty
Sleeping Beauty Sindrome atau dalam dunia medis biasa disebut sebagai Sindrom Kleine-Levin (KLS) adalah gangguan yang menyebabkan kantuk berulang. Seperti namanya, setiap sindrome merupakan kelainan yang langka di dunia. Disebutkan bahwa penderita sindrom Putri tidur ini hanya sekitar 1000 orang di dunia.
Sindrom ini dapat diderita oleh anak-anak, remaja, hingga dewasa. Orang yang mengalami kelainan ini adalah laki-laki ataupun perempuan. Namun, sekitar 70 persen penderitanya adalah laki-laki.
Penderita sindrom ini dapat tidur dalam kurun waktu 20-22 jam dalam sehari. Keadaan ini bisa berlangsung beberapa hari, minggu, bahkan hingga berbulan-bulan. Namun, setelah periode itu berakhir, penderita akan menjalani aktivitas layaknya orang normal.
Perlu diketahui bahwa gangguan tidur ini dapat berlangsung sampai dengan 10 tahun. Waktu yang cukup lama tersebut tentu memberikan dampak besar bagi kehidupan. Seseorang penderita sindrom ini akan terganggu dalam aktivitas seperti bekerja, sekolah, hubungan pertemanan, dan sebagainya.
Ciri-Ciri Sleeping Beauty Sindrome
Pada dasarnya, ciri utama penderita sindrom putri tidur ini adalah ia mempunyai jam tidur yang lama, yakni sekitar 20 hingga 22 jam dalam sehari. Kelainan awalnya dapat dilihat dari perubahan waktu tidur ini. Selain tidur yang berkepanjangan, ciri khusus dari Sindrom Kleine-Levin adalah sebagai berikut.
1. Sulit Membedakan Mana Nyata Mana Mimpi
Pada saat berlangsungnya episode tidur panjang, penderita sering kali bangun melamun seperti tidak sadar dengan lingkungan sekitar. Ciri seperti inilah yang terkadang membuat orang terdekatnya bingung. Sehari dua hari mungkin akan merasa biasa saja. Akan tetapi, karena periode yang dialami cukup lama sekitar mingguan hingga bulanan, menjadikan lingkungan sekitar curiga. Kiranya kelainan apa yang diderita orang seperti itu.
Setelah diperiksakan ke dokter, ternyata ciri seperti ini merupakan gejala dari Sindrom sleeping beauty.
2. Seperti Anak Kecil Ketika Bangun dari Tidurnya
Bayangkan seorang anak kecil bangun di pagi hari. Ia cenderung merasakan kebingungan. Melihat ke sekitar dengan perasaan apatis atau merasa tidak peduli. Selain itu, anak kecil yang baru bangun dari tidurnya merasakan letargi, yaitu kehilangan energi dan merasa sangat lemas. Ia juga mengalami disorientasi. Disorientasi ini merupakan keadaan dimana seseorang kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama mengenai waktu, tempat, dan orang.
Kejadian seperti anak kecil inilah yang juga menunjukkan gejala sindrom putri tidur. Benar ternyata setelah terbangun dari tidur panjangnya, para peneliti merumuskan gejala ini dialami oleh penderita sindrom tersebut.
3. Lebih Sensitif
Dilaporkan juga bahwa gejala lain yang dialami penderita sindrom ini adalah merasa lebih sensitif, baik terhadap indra suara, maupun cahaya. Selain itu, adanya peningkatan nafsu seksual serta penurunan nafsu makan menjadi tanda-tanda gejala tambahan. Memang tidak seluruh gejala itu dialami oleh penderita. Namun, sebagian besar penderita diperhatikan mengalami gejala-gejala tersebut.
Penyebab Kelainan Ini
Seperti kelainan pada umumnya, terkadang sulit ditemukan penyebabnya secara pasti. Akan tetapi, diprediksikan bahwa sindrom gangguan tidur ini disebabkan oleh terganggunya fungsi hipotalamus dan talamus pada otak. Kedua bagian inilah yang mengatur nafsu makan dan tidur.
Selain itu, para peneliti percaya penyakit ini termasuk autoimun. Autoimun terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan yang sehat itu sendiri.
Adapun beberapa kasus menunjukan sindrom ini disebabkan oleh pengaruh genetik. Kelainan ini dialami oleh lebih dari satu orang dalam satu keluarga.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi hingga meniadakan sindrom gangguan tidur ini.
1. Tetapi Obat
Butuh waktu yang tak sebentar untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan ini. Bahkan untuk membuktikan secara akurat diperlukan waktu hingga empat tahun. Apabila orang dekat kamu menunjukkan gejala-gejala tidur berlebihan ataupun bersifat lebih sensitif, maka kamu perlu mencoba mengajaknya pergi ke dokter. Namun ingat, tidak ada yang boleh melakukan self diagnosis sebelum diputuskan oleh pernyataan dokter.
Segala kondisi janggal yang dialami seseorang memang harus dikonsultasikan kepada dokter atau ahli kesehatan lainnya. Dari hasil tersebut, pasien akan diberikan arahan obat apa saja yang harus dikonsumsinya. Untuk berpindah ke kondisi yang lebih baik, tentu penderita sleeping beauty ini harus rutin terapi obat.
Obat dianggap sebagai “bantuan teknis”. Ia menyembuhkan secara dikontrol. Dalam kurun waktu sekian, dengan dosis yang tepat, efek obat tersebut akan mampu mengendalikan perilaku tidur berlebihan. Oleh karenanya, sangat dianjurkan penderita melakukan terapi obat secara rutin.
2. Pendampingan Lingkungan Sekitar
Selain terapi obat, cara lain untuk mengatasi kelainan ini adalah dengan pendampingan lingkungan sekitar. Cara ini dimasukkan ke dalam terapi secara psikologis, yaitu memberi dukungan secara mental.
Ketika penderita mengalami gejala, misalnya menjadi lebih sensitif, orang-orang di sekitarnya dapat membantu dengan mendampinginya. Dukungan ini dianggap menjadi penenang atas gejala yang sedang dialami. Orang yang mendampingi pun harus sabar. Karena penderita akan selalu mengingat hal-hal apa saja yang dilakukan orang sekitar ketika mendampingi mereka. Ingat bahwa saat mengalami periode gejala, mereka menjadi lebih sensitif. Jadi perhatian dan cara perlakuan benar-benar memengaruhi kondisi psikologi mereka.
Ternyata, kondisi seperti putri Aurora yang terkena mantra sihir benar-benar terjadi di dunia nyata. Ini merupakan fakta, tak hanya mitos belaka. Namun, di dunia modern seperti sekarang, seluruh penjelasan kelainan tersebut dilakukan secara ilmiah berdasarkan hasil penelitian. Jadi, tidak sembarangan orang melakukan self diagnosis ataupun menjudge orang lain mengalami kelainan ini.
Periode tidur yang begitu panjang dalam satu hari, kemudian terjadi secara berkelanjutan dalam beberapa waktu berturut-turut menjadi ciri sindrom yang sering disebut sindrom putri tidur. Tak banyak yang mengenal nama aslinya, sleeping beauty justru dikenal sebagai bukan sebagai kelainan. Sebab, namanya yang begitu indah tidak menunjukkan bahwa ia merupakan istilah lain untuk menyebut Sindrom Kleine-Levin.
Penanganan secara biologis dan psikologis dapat dilakukan untuk mengatasi sindrom ini. Namun yang terpenting adalah kemauan penderita untuk sembuh dari kelainannya ini. Sekian, Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat!